Bedah Buku UNTUK APA SENI?


Ringkasan  isi buku:

Buku yang berjudul UNTUK APA SENI? ini dibagi menjadi 9 Bab. Pada tiap-tiap bab  ditulis oleh beragam penulis. Seni yang dimaksud di buku tersebut tidak terbatas pada salah satu bidang kesenian, misalnya seni rupa saja atau seni tari saja, melainkan keseluruhan seni di bahas di dalamnya. Secara garis besar, berikut ringkasannya :

 

Bab I Seni dan Dunia Manusia (Bambang Sugiharto)

Menjelaskan tentang hakekat dan makna seni. Seni sejak dahulu kala sampai sekarang menjadi “mahkluk” yang sulit didefinisikan. Fenomena seni yang terjadi sekarang ‘Seni Kontemporer’ misalnya tak lagi jelas bedanya mana karya-karya yang sungguh-sungguh ‘seni’ dan mana yang sekedar perilaku ganjil/sakit jiwa.

 

Bab II Seni Lukis dan Obsesi Abadinya (Diyanto)

Menjelaskan tentang sejarah seni lukis dan gaya atau aliran-aliran seni lukis. Pembahasan lebih ditekankan pada seni lukis barat misalnya gothic, renaesance, romantik, hingga pop art. Namun juga disinggung praktik seni lukis di Indonesia.

 

Bab III Patung dan Perkembangan Mutakhirnya (Pius Prio Wibowo)

Menjelaskan tentang sejarah seni patung dari awal hingga seni patung masa kini. Patung di awal-awal menjadi fungsi magis. Namun di era sekarang fenomena seni patung yang terjadi di dunia termasuk di Indonesia menjadi wilayah pembahasan dalam konteks seni. Pembahasan juga di wilayah patung-patung monumental maupun ekspresi seniman.

 

Bab IV Desain dan Ruhnya Kini (Tri Rahayu)

Menjelaskan tentang dunia desain dan fenomenanya. Mendesain adalah upaya memberi ruh pada segala yang tidak bernyawa. Demikian ungkapan penulis pada penutup tulisannya yang menggambarkan betapa luarbiasanya apa yang disebut ‘desain’. Dunia desain dari dulu hingga kini terus mengalami perkembangan, apalagi akhir-akhir ini yang sedang ‘naik daun‘ adalah Desain Komunikasi Visual. Namun pembahasan dalam tulisan ini desain dalam makna yang luas.

 

Bab V Teater di Era Postmodern (Fathul A Husein)

Menjelaskan tentang dunia teater postmodern dan pentingnya peran seorang sutradara. Secara hakiki, teater memerlukan tiga elemen yaitu : Aktor, Lakon, dan Penonton. Namun untuk mewujudkan potensi sesungguhnya, teater jelas membutuhkan orang yang bisa mengusung sudut pandang untuk penetrasi seluruh aspek produksi (penggarapan) teater. Orang itu adalah Sutradara.

 

Bab VI Sastra Modern dan Aneka Perspektifnya (Sophan Ajie)

Menjelaskan tentang sejarah satra. Sejak ditemukannya huruf paku, bahasa sebagai teks berkembang pesat dan menjadi poros menggerakkan serta menumbuhkan peradaban manusia. Alat untuk menaklukkan kenyataan adalah bahasa,kata, terutama tulisan/teks. Dikatakan oleh penulis bahwa sejak abad ke-20 pemahaman tentang sastra berubah-ubah. Satra adalah potret misterius dinamika dunia batin manusia. Sepanjang sejarahnya sastra telah dibolak-balik dan diteliti dari berbagai sisinya.

 

Bab VII Tari dan Berbagai Dimensinya (F.X. Widaryanto)

Menjelaskan tentang fenomena menari yang digambarkan sebagai anak kecil yang berjingkrak-jingkrak kegirangan setelah mendapat hadiah dari gurunya, artinya sebenarnya tidak sekedar menggerakkan badan saja tetapi ada muatan emosional didalamnya. Penulis mengatakan bahwa berbicara tentang tari tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja, misalnya sebagai hiburan saja, melainkan banyak dimensi didalam tari. Seorang Antropolog mengatakan Tunjukkan bagaimana engkau menari, dan saya akan mengetahui darimana asalmu….

 

Bab VIII Musik dan Misterinya (Bambang Sugiharto)

Menjelaskan tentang keragaman dan kompleksitas di dalam musik. Apakah musik sebatas bunyi-bunyian saja ataukan harus ada irama yang teratur? Aristoteles mengatakan musik sederajat dengan matematika dan filsafat. Alasannya karena musik mampu mengungkapkan irama jiwa serta merta. Namun perkembangan musik yang semakin heterogen membuat hakekat musik terus dipertanyakan. Bagi mereka yang membutuhkan standar-standar akan melihatnya sebagai dekadensi, namun bagi yang melihat heterogen sebagai keaneragaman makan akan sangat mengasyikkan terhadap musik tersebut.

 

Bab IX Film dan Hakekatnya (Bambang Sugiharto)

Film memang suatu fenomena yang menakjubkan. Disana realitas kehidupan ditangkap, dipindahkan, tapi sekaligus juga dikritik dan diciptakan. Ucapan penulis dalam kajian film dan hakekatnya. Memang film sebagai salah satu keberagaman dunia seni yang mengasyikkan apalagi dikemasnya sangat profesional. Jika ditengok ke belakang sejak akhir abad 19 teknologi imaji, yang berawal dari kamera foto, dan berkembang lebih jauh dalam teknologi sinematik (film/imaji bergerak). Gambar-gambar berlarian hidup dan bernyawa.


Leave a Reply